Headlines News :
Home » » Mengenal diri...

Mengenal diri...

Written By Unknown on Sabtu, 13 Juli 2013 | 00.55


Kembali Author mengutip kultwit dari @sufimuda yang bagi saya mudah sekali dicerna oleh siapapun. Namun tentu saja membaca saja bahkan sampai memahaminyapun hanyalah hal yang sia-sia jika belum melakoninya.

Orang yang pernah menggigit cabe rawit tentu saja bisa memahami dan merasakan pedasnya cabe sekalipun dia bukan profesor atau pakar dalam ilmu makanan sekalipun...
Saya akan bahas tentang "Mengenal Diri. Dengan nama-Mu yang penuh Kasih, hanya Engkaulah yang Maha Mulia...

Nabi bersabda, "Barangsiapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya". Begitu pentingnya mengenal diri karena itu merupakan pintu yang langsung untuk bisa mengenal Allah. Lalu diri mana yang harus dikenal, apakah jasmani yang bisa diraba dan dirasa, ataukah rohani yang tidak tampak?

Allah berfirman kepada Nabi Musa, "Tinggalkan dirimu dan datanglah kepada-Ku". Kenapa harus meninggalkan diri untuk bisa datang kepada Allah? apakah diri tidak layak untuk berjumpa dengan Allah? Manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Jasmani seperti yang kita kenal tunduk kepada hukum2 alam. Karena dipengaruhi oleh hukum-hukum alam maka Jasmani mempunyai keterbatasan, sakit dan meninggal.

Maka Allah memberi gambaran kepada kita bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, sangat singkat. Apalah arti umur 40 tahun, 60 tahun atau 100 tahun dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang abadi. Maka apabila manusia semasa hidupnya belum mengenal diri dan mengenal Allah, maka rohaninya akan merana se lama-lamanya. Rohaninya akan berkelana penuh sengsara di alam barzakh dan alam akhirat selama berjuta-juta tahun. Dan selamanya tidak akan pernah bisa berjumpa dengan Allah karena di dunia dia tidak berusaha menjumpai-Nya.

Karena kita hanya belajar syariat, maka akhirat menjadi spekulatif, misteri dan tidak ada kepastian sama sekali. Dengan berdebar kita menunggu nasib, apakah nanti disiksa di kubur atau diberi nikmat, surga atau neraka. Memang segala sesuatu itu hak penuh Allah, tapi Dia telah memberikan aturan dan mengutus Rasul untuk membimbing kita. Kita harus memenuhi segala persyaratan untuk bisa menggapai Surga-Nya, menggapai diri-Nya agar tidak seperti beli Lotere.

Seperti orang ikut Lomba di olimpiade. Misalnya lompat galah. Syarat untuk bisa ikut olimpiade min bisa lompat 20 meter. Kemudian dia dengan semangat mengatakan, "Insya Allah, mudah2an saya bisa menang di olimpiade". Bagaimana dia bisa menang jadi juara, sedangkan syarat minimal untuk bisa ikut lomba pun tidak terpenuhi. Begitu juga orang yang akan menuju akhirat, harus tahu dulu syarat2 minimal yang harus dipenuhi, barulah bisa yakin.

Bagaimana shalat bisa menjadi khusuk kalau di dalam diri masih bersemayam Iblis dan belatentaranya? Itu sama dengan mengharapkan tenang dalam sebuah kamar, tapi di dalamnya ada konser musik dgn suara keras. Bukan hanya shalat yang tertolak, tapi amalan2 lain juga ikut tertolak jika dalam diri kita masih ada unsur2 setan.

Nabi mengatakan, 100 buah mesjid didirikan tidak diterima Allah kalau tidak IKHLAS! Ikhlas itu hanya bisa datang kalau dalam diri kita ada Nur Allah dan hilang sifat-sifat syetaniah. Tanpa itu maka sampai kapanpun kita tidak akan bisa ikhlas, walau diusahakan dengan sekuat tenaga. Cobalah anda baca surat AL-IKHLAS, tidak ada satu kata Ikhlas pun ada di sana. Artinya apa?

Ikhlas itu hanya ada pada Allah dan manusia bisa menjadi ikhlas kalau dalam dirinya bersemayam Nur Allah. #GuruSufi mengatakan, "Kalau sudah Ikhlas berarti ada Tuhan dalam dirinya". Lalu apakah dalam diri setiap manusia itu adalah Nur Allah? | Jawabnya : TIDAK! Allah berfirman, "Telah Ku tiupkan sebagian Ruh-Ku kepadanya (Adam) sehingga rehab/sujud lah mereka (malaikat) kepadanya (adam). Dalam ayat itu juga dijelaskan bahwa ruh Allah ditiupkan kepada Adam setelah diri Adam disempurnakan oleh Allah. Setelah ruh Allah yang kemudian dikenal dengan Wasilah, ada dalam diri Adam, maka seluruh malaikat sujud kepada adam. Yang dihormati bukan jasmani Adam, tapi rohaninya yang telah disucikan dan telah ada Nur Allah di dalamnya. Kalau malaikat saja sujud kepada Adam, tentu manusia yang kedudukannya dibawah malaikat harus sujud juga. Maka Adam kemudian menjadi Khalifah (Pengganti) Allah dimuka bumi, dan Adam lah sebagai pembawa Wasilah pertama

Yang dibawa oleh Adam adalah Nur Muhammad yang merupakan bagian dari Nur Allah yang diberikan kepada Adam. Dalam diri Adam telah ada chanel atau frekwensi Allah yang membuat manusia bisa berkomunikasi langsung dengan Allah. Iblis tidak mau sujud kepada Adam karena yang dilihat adalah jasmani adam yang lebih rendah dari dirinya. Sama halnya dengan Abu Jahal dan Abu Lahab tidak mau mengakui Muhammad sebagai Rasul (Utusan ALlah). Muhammad hanya dilihat sebagai sosok manusia biasa seperti dirinya, dia memandang hanya sebagai keponakannya.

Orang seringkali keliru mengartikan makna dari"Di tiupkan Ruh Allah", merasa semua orang ditiupkan Ruh-Nya. Karena hanya sekedar membaca buku-buku Gaib dan tanpa pembimbing meyakini bahwa dalam dirinya ada Nur Allah. Kemudian dia meninggalkan shalat, puasa dan ibadah lain karena sudah merasa suci. Kan sudah ada Nur Allah. Pengertian yang sesat dan keliru ini yang berbahaya karena tidak sesuai dengan tuntunan Al Qur'an dan Hadist, Pemahaman keliru ini juga merusak nilai-nilai ajaran yang sebenarnya, sehingga orang alergi dengan orang yang telah disertai Nur Allah bukan terbebas dari kewajiban ibadah, dia malah semakin tekun beribadah.

Junjungan kita Rasulullah sebagai Imam dari segala Imam, menjadi teladan bagi kita semua dalam segala hal Tujuan kita memperoleh Wasilah (Nur Allah) agar ibadah kita menjadi benar, baik cara maupun yang disembah. Mungkin selama ini kita telah benar dalam cara menyembah tapi masih belum benar dengan yang disembah. Pokok dari ibadah adalah bagaimana hati kita bisa mengingat Allah, mempunyai kontak langsung dengan-Nya setiap saat. Dalam surat Al A'la disebutkan, "Beruntunglah orang yang telah disucikan jiwanya, kemudian dia Berdzikir (Menyebut nama Tuhannya". "Kemudian dia menegakkan shalat".

Untuk bisa shalat menjadi tegak dan sempurna, harus hati dilatih dan dilazimkan untuk menyebut nama-Nya. Untuk bisa berdzikir menyebut nama-Nya, maka hati harus dibersihkan dulu dari unsur2 selain Dia. Kata "dibersihkan" itu bermakna bukan kita yang membersihkan, tapi ada unsur lain yang dimensi lebih tinggi utk membersihkan. Dimensi lebih tinggi itu adalah arwahul Muqadasah Rasulullah, yang mensucikan segenap ruh manusia yang diberi tuntunan. Untuk bisa berhubungan dengan Rohani Rasulullah, kita memerlukan pembimbing, yang sering disebut dgn Guru Mursyid. Metode mensucikan rohani kita sama dengan metode yang digunakan Rasulullah untuk mensucikan roh sahabat2 Beliau.

Karena menggunakan metode dan rumus yang sama, maka hasil ibadah pun akan sama dengan mereka. Sebenarnya inilah kunci kemenangan ummat Islam di dunia akhirat yang sudah mulai dilupakan oleh ummat ini. Kita terlalu disibukkan dengan penampilan zahir sehingga lupa dengan penampilan bathin. Kita begitu semangat menyebarkan nilai-nilai Islam yang mampu meng-Islam-kan jasmani, kita lupa meng-Islam-kan rohani. Padahal yang akan kembali kehadirat Allah bukanlah Jasmani, tapi rohani. Kalau di dunia tidak diajarkan cara berhubungan dengan Allah, Maka sudah pasti di akhirat pun tidak kenal dengan Allah.

Surga itu mesti diraih didunia, rukun syaratnya mesti dipenuhi di dunia ini agar di akhirat tidak lagi sibuk mencari. Nabi bersabda, "Orang yang telah masuk surga di dunia tidak akan masuk surga lagi di akhirat". Sudah jelas, kalau di dunia rohaninya telah di surga, tentu di akhirat tidak perlu lagi masuk. Orang sudah di dalam. Yang masuk itu orang dari luar, kalau sudah di dalam tidak lagi perlu masuk.

Kenapa para Sufi seperti Rabi'ah Al Adawiyah tidak mau surga? dia hanya mau memandang Wajah Allah. Ucapan sufi kan bersifat simbolis, Rabi'ah sudah mengerti hakikat dari surga sehingga dia tidak tertarik lagi. Kenikmatan tertinggi penduduk surga adalah memandang wajah Allah dan Rabia'ah meminta kenikmatan tertinggi tersebut. Kalau sudah bisa memandang wajah Allah sudah pasti dia berada dalam surga, jadi untuk apa dia memintanya?

Tentang hakikat surga lain waktu akan saya bahas khusus, Secara sederhana, surga itu adalah apa-apa yang disinari oleh Nur Allah, sehingga segala ketenangan dan kenikmatan ada disana. Bidadari, buah-buahan, istana, kolam susu, madu dll adalah penggambaran kenikmatan bersama Allah agar kita mudah memahami.

Syarat untuk bisa mengenal Allah adalah mengenal diri, untuk mendekat kepada Allah harus meninggalkan diri. Diri yang mengandung unsur-unsur syetaniyah yang bersemayam dalam diri itulah yang harus ditinggalkan. Memerlukan proses panjang, berjuang melawan diri (hawa nafsu) agar bisa menggapai Ridha Allah. Begitu beratnya perang melawan diri (hawa nafsu) sehingga #Nabi menyebutnya sebagai Jihad Akbar (Perang Besar). Orang sufi menyebut perang melawan diri (Hawa Nafsu) sebagai MUJAHADAH (Perang Tanpa Henti).

Lalu apa yang diperoleh seorang hamba yang telah mampu melawan dirinya (hawa Nafsu)? Dia akan memperoleh Musyahadah (Menyaksikan Allah), dan inilah kenikmatan yang tiada taranya. Setelah mencapai Musyahadah, barulah dia mengenal dengan benar dan kemudian barulah timbul rasa cinta mendalam. Maka barulah sah dia bersaksi. "Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan-Nya". Bersaksi tanpa pernah menyaksikan maka kesaksiannya adalah palsu dan tertolak.

Itulah sebabnya kenapa "La Ilaha Illa Allah" nilainya sangat tinggi, lebih bernilai dari dunia seisinya. Tentu bukan Kalimah Syahadat yang sekedar di ucapkan, tapi telah sampai kepada maqam Musyahadah. Ruh manusia harus melewati alam Jabarut, Alam Malakut (Alam Malaikat) hingga sampai ke alam Rabbani (Alam Tuhan). Di alam Rabbani lah shalat kita bisa mencapai Khusyuk dan diterima oleh Allah karena kita telah bisa berdialog dengan-Nya. "Ash shalatul Mikrajul Mukminin" artinya Shalat itu adalah Mikraj bagi orang mukmin. Shalat kita harus mencapai tahap ini.

Tanpa #Tarekat dan dibimbinga oleh Guru Mursyid akan mustahil mencapai shalat khusyuk, bagaimanapun hebat pelatihannya. Training shalat khusyuk hanya bisa mencapai ketenangan dalam shalat bukan Khusyuk. Tenang tidak sama dengan Khusyuk.

Di dunia ini tidak ada yang kosong. Kalau anda menenangkan diri dengan mengosongkan fikiran, maka setan dengan mudah menyusup kesana. Khusyuk adalah dimana hamba berpandang-pandangan dengan Allah, bermesra-mesraan dalam keakraban dan dialog yg intim, Disitu tidak ada satu unsur pun selain Dia, diri telah fana dalam KebaqaanNya, yang ada hanya Dia semata. Itulah makna Barangsiapa yang mengenal Tuhan maka akan binasalah dirinya. Akan lenyap dirinya dalam Nur Allah. Ini mudah diucapkan, tapi sulit diwujudkan kecuali orang-orang yang telah mendapat petunjuk dan terbimbing. Maka rohani harus kenal dan berjumpa dengan Allah di dunia agar tidak bingung mencari-Nya di akhirat.

Walaupun banyak hal yang belum dibahas termasuk pembagian diri dan lain2, maka saya akhiri dulu kultwit ini. Kalau Allah mengizinkan, setiap ada kesempatan saya akan membahas tentang #Tarekat secara luas dan mendalam. Saya membahasnya berdasarkan pengalaman pribadi menekuni #Tarekat  selamat belasan tahun.
Agar rohaninya bisa mengenal Allah sehingga ibadahnya menjadi benar.

#Nabi bersabda: "Awaluddini Makrifatullah" artinya Bermula beragama adalah mengenal Allah. Kalau sampai saat ini kita belum mengenal Allah dengan benar, maka kita belum memulai beragama. Mudah2an, pembahasan ini bermanfaat hendaknya, mohon maaf kepada sahabatku semua jika ada yg kurang berkenan.

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Pidato Sunda - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template